Si Cino, Juara Dunia WBO Junior
*Sang Penjagal Lawan “Menggertak” Dunia
Juara “Dunianya” Tinggal Selangkah Lagi.
Kalbar ternyata mampu melahirkan sosok olahragawan berbakat di dunia. Setelah Crisjon menjadi legenda Indonesia dengan memegang sabuk juara WBA kelas bulu 57,1 kg, akankah si Cino—julukan— Daud Jordan menyusul. Petinju “desa” yang besar karena kemampuannya belajar ini siap menaklukkan dunia ? Lantas bagaimana kiprahnya sendiri.
Deny Hamdani
Sosok petinju membanggakan si “Cino” julukan Daud Jordan memang fenomenal. Betapa tidak, petinju Indonesia, Kalbar kelahiran Simpang Hulu, Kab. Ketapang 10 Juli 1987 silam ini berhasil “menggertak” dunia. Berbekal teknik ring tinju profesionalnya, ia berhasil menyihir dunia tinju. Sepanjang pertarungan mautnya di sasana tinju manapun, rekor 15 menang KO/TKO dan 3 menang angka tanpa kalah dari 18 kali pertandingan berhasil dibuatnya.
Lewat kemampuannya itu, tak heran laju petinju asal sasana BC (Boxing Camp) Sukadana, Kayong Utara ini begitu melejit. Di usianya yang terbilang masih muda, sabuk juara WBO Asia-Pacific Youth kelas 57,1 kg sudah berhasil digenggamannya. Itu setelah bentrok seru dengan menang TKO di ronde ke delapan atas lawannya, Renan Salim asal Filipina, 18 Mei lalu berhasil diukir.
Bahkan lewat kemampuan memadainya tersebut, putra kelima dari Hermanus Lai Chun masih merasa belum puas. Keinginan yang kuat mengincar sabuk juara baru dari berbagai badan tinju dunia mulai menyeruak. Dari sabuk juara dunia WBO yang disandang Steven Luviano asal Amerika Serikat, sabuk badan tinju WBA yang dipegang Crisjon dari Indonesia dan WBC sabuk juara masih di tangan In Jin Shie dari Korea, sementara IBF melekat di pinggang petinju asal Panama, Romnet Cabolevio siap direbutnya. ”Kemungkinan, keinginan saya menantang pemegang sabuk juara dunia WBO saja, yaitu Steven Luviano. Tetapi itu semua tergantung kepada managemen saya kemana harus diarahkan, Saya sih setuju saja siapa lawan saya,” kata petinju yang tak kenal rasa takut ini bilamana berada diatas ring.
Langkah Daud sendiri buat meniti karir ke level juara dunia rasanya bukanlah urusan yang begitu sulit. Melalui manajemen barunya dibawah komando Daniel Bahari, petinju yang dilatih abang kandungnya, Damianus Jordan ini memiliki kans besar bertarung dan menjadi juara tinju baru asal Indonesia. Terlebih, dari jauh hari sebelumnya pihak manajemennya melakukan kontak langsung dengan manajemen Steven di Amerika.
“Dalam satu bulan ini kemungkinan, Steven Luviano belum bisa bertarung karena ada penantangnya yang juga asal USA. Tetapi, saya berharap sebelum tahun 2007 berakhir, saya sudah bisa bertanding,” pintanya..
Walaupun begitu kendala lain yang menjadi tantangan bagi manajemen adalah berharap tenaga sponsor yang masih sulit tergapai. Apalagi, kuat keinginannya kalau perebutan gelar juara dunianya digelar di Kota Pontianak. Bisa dibilang prestise Bangsa dan Negara dipertaruhkan untuk menyabet juara dunia badan WBO ini. “Mudah-mudahan tidak ada kendala dan saya dapat bertarung tepat waktu,” harap dia
Tak hanya itu saja, mendatangkan petinju dunia pemegang sabuk juara WBO, Steven juga tidak semudah membalikan telapak tangan. Disamping masalah peringkat harus setingkat, Daud juga merupakan pemegang peringkat 13 juara dunia WBO. Jadi buat menantang dirinya, keputusan stevenlah memilih petinju dari perinkat terbawah 15. ”Jadi ada kemungkinan saya yang dipilih dan tergantung pendekatan promotor saya juga nantinya,” ungkap Daud.
Permata Berkilau Sejak Yunior
Karir petinju anak “desa” yang cepat melejit di dunia tinju ini memang tidak mudah diperoleh. Sebelum turun ke ring tinju profesional, banyak tantangan yang harus dilalui. Memulai karirnya dari amatir, petinju yang sejak di bangku SMP sudah memiliki gaya berbeda ini mengasah kemampuannya.
Bahkan, sejak di bangku kelas 3 SD, dia hijrah dari Simpang Hulu ke Kab.Ketapang mengikuti jejak abang kandungnya, Damianus Jordan yang sudah terlebih dahulu berkarir di tinju.
Agar kemampuannya lebih terarah tahun 1996, ia sudah memulai debut awalnya sebagai petinju di Kalteng tetangga Kalbar. Bahkan, di tahun yang sama medali perak di Kejurnas Tinju berhasil diukir. Akhirnya, disinilah karir awalnya dimulai karena sejak tahun 1997-2002 dari medali perak dan emas silih berganti disabet. Semenjak itu pula, dia dipanggil pelatnas tim nasional dan menjadi nominasi petinju terbaik se-Indonesia. “Sejak saat itu saya terus mengasah kemampuan diri,” ulasnya.
Disamping itu, ayah kandungnya Hermanus LC juga mendukung karir yang dirintisnya sejak usia muda. Meskipun, bukan seorang petinju semangat dan dukungan keluarganya terbilang cukup tinggi. ”Saat bangun tidur saja saya sudah diwanti-wanti latihan dan terus berbicara tentang tinju,” kata dia mengingat kenangan lama.
Sadar akan bakat besarnya tersebut, si Cino yang mengagumi dua petinju Mexico, Erik Morales dan Juan Manuel Margues lantas mencoba beralih profesi. Di tahun 2005 usai karir amatirnya mandek, iapun merintis jalan terbang ke tinju profesional. Disinilah terlihat kalau keputusan yang dibuatnya memang tepat.
”Debut awal saya waktu itu melawan Anshori Anhar 25 Agustus 2005 lalu. Rupanya dalam satu ronde saya dari 6 ronde yang digelar saya mampu menaklukannya dan itu membuat saya luar biasa gembira,” kata dia mengungkapkan perasaannya.
Dari penampilannya tersebut si “Cino” yang diberi nama dari pelatih asal Quba, Yesus Carlos Ternate Torres saat ia mengikuti pelatnas 2001-2005 terus berkembang. Rekor bertandingnya dengan memukul KO/TKO lawan-lawan yang dihadapinya terjadi lagi. Muhamid Didin, Yanto Mace, Lato Vegas dll. Bahkan saking garangnya, petinju kenamaan asal Thailand dan Filipina merupakan korban yang paling sering ditaklukan. ”Maka dari itu saya sering dijuluki kawan-kawan sesama petinju sebagai raja KO/TKO,” ulas dia.
Namun sebelum sabuk tertinggi WBO Asia Facific Youth disabetnya, si raja KO/TKO ini memiliki kesan mendalam. Dalam perebutan sabuk bergengsi peringkat I PABA Asia Facific dengan mengkanvaskan petinju asal Thailand, Kong Chai di ronde 7 dari 8 ronde yang digelar sukses direbutnya. ”Sejak saat itulah saya berkeinginan peringkat harus terus naik dan jangan turun. Dan itu merupakan prinsip yang selalu saya pegang,” terang Daud seraya mengakhiri pembicaraan.(*)
Petinju Muda Bertalenta Luar Biasa
Si “Cino” julukan Daud Jordan memang menjadi buah bibir tinju nasional dan manca Negara. Itu tidak lain karena kemampuan yang dimilikinya terbilang luar biasa untuk ukuran petinju muda semacam dirinya. Masih muda belia di umur 20 tahun, sabuk juara WBO Asia Pacific Youth sudah disandangnya. Tak heran, juara dunia WBO, WBA, IBF dan WBC giliran yang diincarnya. Lantas bagaimana kesempatannya. Berikut petikan wacancara wartawan Pontianak Post dengan Ketum Pengda Pertina Kalbar, John RB Pangkey.
Bagaimana Anda Menilai sosok Daud Jordan ?
Dia (Daud) merupakan sosok petinju yang berteknik tinggi dengan talenta luar biasa. Tak heran kalau sabuk yang disabetnya, WBO Asia Pacific Youth begitu mudah disabet. Bahkan, sabuk juara tersebut hingga kini masih bertahan meskipun dua penantang, Farid Safiullin dan Peesaddaeg Kiatsakhtnee berusaha merebutnya. Dan itu yang membuat saya yakin kalau, Kalbar-Indonesia sebentar lagi akan memiliki juara dunia baru.
Kenapa Anda Begitu Yakin ?
Lho kenapa tidak. Lihat saja bagaimana penampilannya diatas ring tinju professional. Dari 18 kali pertandingan, 15 kali memukul KO/TKO lawan dengan 3 menang angka selalu menjadi miliknya. Ini jelas-jelas rekor yang luar biasa buat petinju muda yang naik ring 18 kali tetapi tak pernah kalah ini. Itulah yang membuat saya optimis, kalau juara dunia baru akan lahir tidak lama lagi.
Menurut Anda, apa ideal, Daud juara (WBO Asia Pacific Youth) menantang salah satu pemegang sabuk WBO, WBA, IBF dan WBC ?
Kalau dari pendapat saya sah-sah saja, ia menantang dan ingin merubah Bintangnya menjadi juara dunia baru. Akan tetapi melihat faktor usianya yang masih muda belia, ada baiknya keputusan tersebut ditahan dahulu. Tunggu 2-3 tahun lagi seusai bergulat di tingkat yunior barulah langsung ke pentas senior yang rata-rata dipegang petinju berpengalaman. Saya pikir melihat kemampuannya yang semakin meningkat, sabuk tersebut cepat ataupun lambat akan menjadi miliknya. Tinggal waktu aja yang menentukan.
Dari mana anda melihat Daud begitu bisa menyabet sabuk juara WBO, WBC, IBF dan WBA yang baru ?
Kemampuan, itu yang saya lihat Daud cukup berbeda dalam memoles dirinya. Ia memiliki teknik bertinju yang jelas-jelas berbeda. Umumnya kalau lawan bisa memukul, baik melalui tangan kanan dengan kiri 2-3 kali saja maksimalnya, Si Cino—Julukan—Daud justru bisa melakukanya selama 4 kali. Dan itulah yang membuatnya special makin berkali-kali memukul, justru pukulannya makin terarah. Bahkan, pukulan itulah yang membuat lawannya dapat terpuruk roboh hingga tidak mampu bangkit lagi.
Dimana anda melihat letak kehebatan pukulan bertubi-tubi tersebut ?
Pukulan itu saya anggap istimewa sekali. Sebab, selain jarang dimiliki petinju lainnya, ia juga dapat memberdayakakan secara maksimal. Kalau dia belum tahu kekuatan lawan yang dihadapi jarang sekali pukulan tersebut mau keluar. Tetapi setelah 3-4 ronde diketahuinya, maka mulai ganaslah petinju asal BC Sukadana, Kayong Utara ini. Dan sangat jarang sekali kalau rivalnya dapat bertahan di kondisi tersebut.
Buat yunior-yunior Daud anda memiliki pesan ?
Untuk yang sekarang saya pikir belum melihatnya. Soalnya, belum ada yang saya pantau berbakat dengan gaya berbeda seperti yang dimiliki Daud, tetapi tidak tahu kalau generasi selanjutnya. Namun saya harapkan petinju semacam itu segera lahir dan dapat regenerasi seperti Daud. Kalbar harus terkenal sebagai daerah penghasil petinju berbakat, Dan itu merupakan impian saya sejak dahulu. Apalagi saya kenal betul karakternya yang dilatih sejak masih SLTP dulu. (deny hamdani)
------------------
Biodata Daud “Cino” Jordan
Nama : Daud Jordan
Julukan : Si “Cino” (Si China)
TTL : Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, 10 Juni 1987
Orang Tua : Hermanus Lai Cun (ayah) Natalia (ibu)
Anak Ke Lima dari enam saudaranya, yakni: Damianus Yordan, Jason Yordan, Petrus Yordan, Lukas Yordan dan Yohanes Yordan
Motto : Tiada Hari Tanpa Latihan dan Tidak Ada Istilah Kalah
Promotor : Daniel Bahari
Pelatih : Damianus Yordan
Peringkat : 1 WBO Asia Facific Youth (di WBO-13)
Gaya Bertinju : Ortodox
Jangkauan : 88 Cm
Tinggi : 171 Cm
Berat Tanding : 57,1 gr
Bertanding : 18 kali
Menang KO : 16 kali
Menang Angka : 2 kali
Petinju Favorit : Erik Morales dan Juan Manuel Masques (Mexico)
Data Naik Ring Profesional Si “Cino”
Lawan Main Kelas Menang Tanggal Bertanding
1. Ansori Anhar 6 ronde 55,3 kg KO ronde 1 25 Agustus 2005
2. Mohamid Didin 8 ronde 55,3 kg KO ronde 1 13 Oktober 2005
3. Yanto Mace 8 ronde 55,3 kg KO ronde 1 10 November 2005
4. Lato Vegas 8 ronde 55,3 kg KO ronde 8 15 Desember 2005
5. Gonzales 8 ronde 60,1 kg KO ronde 5 12 Januari 2006
6. Sandy Loreng 8 ronde 55,3 kg KO ronde 3 16 Maret 2006
7. Adrianus Ka’auni 8 ronde 55,3 kg KO ronde 6 11 Mei 2006
8. Narong Cithalada 8 ronde 55,3 kg KO ronde 2 -
9. Juvensius Laende 8 ronde 55,3 kg KO ronde 5 10 Juni 2006
10. Kong Chai 8 ronde 55,3 kg KO ronde 7 9 September 2006
11. Boy Manulang 8 ronde 55,3 kg KO ronde 3 2 November 2006
12. Smart Twingyan 8 ronde 55,3 kg KO ronde 8 18 November 2006
13. Yuli Omoro 8 ronde 55,3 kg Angka 11 Januari 2007
14. Lit Sabo 8 ronde 57,1 kg Angka 1 Maret 2007
15. Ekawit S. 6 ronde 57,1 kg KO ronde 2 15 Maret 2007
16. Renan Salim 8 ronde 57, 1 kg KO ronde 8 18 Mei 2007
17. Farid Safiullin 8 ronde 57,1 kg KO ronde 3 26 Juli 2007
18. Peesaddaeg K. 8 ronde 57,1 kg KO ronde 4 27 September 2007
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda